Begitu betah di kasur kengganan
Begitu nyaman di bantal kemalasan
Tenggelam dalam keacuhan menatap dunia
Perlahan kubuka jendela
Sekat pemisah kamarku dan dunia yang sebenarnya
Perlahan-lahan
Lebar-lebar
Apa ini?
Bukan udara segar yang masuk memenuhi rongga dada
Tapi bau mesiu, darah, dan mayat yang menyengat
Pekat... menyesakkan
Bukan kicau burung yang bergetar menabuh gendang telinga
Tapi teriakan, makian, dan tangis yang mengiris
Memekakkan... memilukan
Bukan pandangan indah yang jatuh di retina
Melainkan kemurkaan bumi dikarenakan tangan manusia
Darah yang tertumpah hanya atas nama perbedaan
Isme-isme berselisih menancapkan doktrin dan janji
Pemimmpin yang kekenyangan di atas kelaparan rakyatnya
Aku tersentak
Lalu terdiam
Bingung?
Takut...
Akankah aku terus terdiam di kamar ini?
Menikmati kehangatan bersama ketidakpedulian
Sampai kekelaman di luar mendobrak pintu kamar sempit ini
Tidak...
Aku harus bergerak
Keluar menatap relita
Ikut berjuang dalam barisan pemuda
Walaupun hanya dengan mata pena
Walaupun hanya dengan megaphone
Walaupun hanya dengan harapan
Walaupun hanya dengan keyakinan
140408
alhamdulillah, goresan pena saya ini mendapat juara 2 lomba puisi LPM di aula PascaSarjana UNSRI
No comments:
Post a Comment